Jumat, 30 Oktober 2009

Baru Klinting Telaga Ngebel

Ponorogo

Oleh.Moh.Asyhari


1. Dasar

Dasar Dasar pemikiran ini adalah di temukannya Lembaran berita
yang selalu di terbitkan pada Massa pemerintahan Penjajahan Belanda
Tahun 1724 Masehi.
Dalam berita berbahas belanda tersebut sebutkan Bahwa,KesenianBaru
Klinting di larang di Gelar.

Pada saat pagelaran Baru klinting di gelar di sana, selalu menjadi perhatian dari para jawara silat di tanah jawa.
Karena Kesenian itu menggunakan Gerak pertandingan adu kekuatan yang akhirnya menimbulkan Jawara baru sebagai penguasa Dunia Persilatan dan sejenisnya.
Artinya pemenangnya selalu menjadi pemimpin diantara yang lainnya.
Karena itu, belanda akan terganggu, utamanya perdangan- Perdagangan Belanda yang kala itu VOC..
Dengan dalih atau alasan yang menggunakan akal Pecah belah, maka Kesenian tersebut dapat di hentikan.
Salah satu contohnya, di larang ada kesenian yang bentuk fisiknya menyerupai Ular, karena Baru klinting yang ada di Bale kambang akan mengamuk dan meminta mangsa.
Dengan cara itu masyarakat yang sebagian besar masih percaya dan selalu mengkaitkan dunia mistis takut datang di pagelaran tersebut.
Terlebih lagi, siasat yang di pakei belanda kala itu, selalu menggunakan media Tokoh yang dapat di beli dengan uang.
Kesenian ini di iringi Kendang dan Tambur serta Gamelan. Selengkapnya,
Ada Kenong kempul dan dua gong, Pelaku Tari yang di bumbui dengan kesurupan membuat suasana semakin menyengat bulu kuduk.

Tak ketinggalan, pawang dari sesepuh pemangku abat selalu melakukan ritual sesaji kemenyan untuk mendamaikan suasana sebelum pertunjukan.
Tapi Belanda tak kurang akal. Para sesepuh pemangku adat, atau lebih di kenal Dukun di sana, banyak yang di bunuh.
Sehingga, efek dari hal itu terjadi sampai sekarang para tetua adat atau dukun di sekitar ngebel tidak mau terbuka kalau beliau sebagai Dukun ahli.
2. Awal Sejarah

Ketika manusia masih dapat di hitung dengan mengeja nama manusia.
Di perkampungan ini telah banyak di huni Manusia, mulai dari manusia berkasta brahmana sampai kasta sudra.
Alkisah di lereng bumi wilis, yang di ceritakan oleh kiajar wilis Putro, Pada saat berjalan di atas Gunung menuju kearah selatan, kala itu dapat di di baca dari batinya, di arah barat Gunung ini ada beberapa kelompok manusia dan mendiami turun temurun semenjak Zaman purbakala.
Hiduplah diantara keluarga itu, dua keluarga yang punya watak berbeda.
Di antara keluarga tersebut ada keluaraga melarat bernama NYI LATUNG yang merasa bising karena kelakuan dari pemangku adat yang kelewat sombong. Merasa punya kuasa dan harta yang melimpah serta selesai berguru joyo kawijanan guno kasantikan, Tinatah mendat jinoro menter, dasar kadang Dewo Batoro, Kemul Lulang Macan, Senden Gunung emas Tinaretes Inten Pepindane.
Malam itu Ki Wido merayakan Selesainya berguru, dan dalam istilah jawa di sebut NGRIYANANI LELAKU.

Sejak malam hari sampai siang, berturut turut dalam Tuju hari Tuju Malam
Ki Wido merasa menjadi raja kecil di lingkungan itu, mengadakan pesta besar besaran mengundang teman karib dan sahabatnya. Mengadakan kegiatan Pesta besar besaran, mengadakan kegiatan yang berbau maksiat seperti judi, minum, serta kegiatan lainnya yang bersifat angkara murka.
Tak ketinggalan di panggilnya beberapa Wanita penghibur sebagai pelengkap Pesta.
“Duh gusti……….. kok kebangeten yoooooooo, wong kok gak nduwe trapsilo.” Begitulah keluh Nyi Latung saat itu.
Dalam Hidup hanya satu kuasa itulah kata yang terucap dari mulut angin sang pertapa, Satu tekat bulat menyatu dalam hati Nyai latung menyatukan sukma dan jiwa menutup kata mebuka hati mengharapa kuasa hakiki. Bersama itu datanglah angin bercampur Hujan yang menyentakkan atap gubuk membuat mata biasa takkan mungkin dapat melihatnya. Malam semakin pucat tak ada tanda-tanda hujan akan reda. Ini tidak seperti biasanya apalagi ini bulan pertengahan yang seharusnya musim telah berganti.
Perlahan tangan wanita tua itu mulai menyilang pertanda pertapa mulai.kemudian pada puncaknya.Angin masih menerobos melalui celah anyaman bambu yang menjadi ciri rumah pedesaan. Kali ini angin masuk lebih kuat kuat menyekat. Petir menggemuruh memekakkan suasana, di luaran basah kuyub oleh lebatnya hujan yang menghujam bumi sekencang gemuruh sangkakala malaikat membuat ranting dan dahan pohon saling bergantian sususl menyusul saling patah jatuh ke bumi, tak ubahnya angin menggendong embun, menghujam hati yang merana.

Tiba tiba saja Seorang manusia Gagah Perkasa berperawakan Tinggi Besar Seraya mengucap dengan lantangnya Memecah Suara gelegar Halilintar, Dengan wajah menengadah ke awan menghitam.
Siapa yang berani mengganggu pestaku ini, Keluarlah dan tampakkan ujudmu kalau kamu memang mau mencoba kesaktianku. Apa kamu Belum Tau siapa aku !!!!!!!!!?? Ucap Ki wido.
Maka keluarlah Nyi latung dari dalam gubugnya yang dijadikan sekaligus tempat bertapa.
Dengan suara penuh wibawa, nyi latung berkata.
“Maaf tuan saya tidak bermaksud menantang tuan, tapi sekedar mengingatkan bahwa Pesta yang tuan lakukan telah mengganggu keluarga yang di perkampungan ini. Untuk itu tolong di hentikan pesta itu.”
Latung.. Kamu Ngomong apa? Kenapa kamu mengaturku, Apa kamu tidak tau siapa aku He Latung.Saya tidak akan menghentikan pesta ini, ini rumahku sendiri dan kampung kampungku sendirri. Bila ada yang tidak berkenan silahkan meninggalkan kampung ini. Jawab Ki wido Lantang.
“Maaf tuan, yang hidup di sini bukan hanya Tuan saja tapi masih banyak orang lain yang butuh ketentraman,” ucap Nyi Latung.
“Kenapa kamu berkata begitu, aku pemangku adat punya kuasa di sini, kalau kamu tidak Suka silahkan kamu meninggalkan kampung ini.” Jawab Ki wido.
Kalo Begitu Sesuka hatiku aku juga tetap akan memohon pada Yang widi agar bencana ini datang, dan lakukan pestamu sesukamu, dan saya akan meminta sesukaku, sebab aku juga di rumahku sendiri.
Ya tidak apa apa kalau kamu memang mau mencoba kesaktianku Nenek jelek. Mari kita coba. Jawab kiwido.
Maka masuklah kiwido ke dalam rumahnya dan nyi latung kembali bersemedi kembali.

Bagitu sampai di dalam rumah ki wido langsung masuk ke kamarnya dan mengambil Pusaka sebilah Keris Jambe Jebug.
yang mempunyai kekuatan luar biasa. Denagn semanagt kemarahan, Dengan kemurkaannya memerintahkan kepada abdi kinasihnya untuk menyiapkan alat Perlengkapan Semedi,
Ki Wido duduk bersila dan mengucap rapal mantra meminta kekuatan gaib Pusaka. Dengan segala kekuatan di upayakan agar Halilintar dan Hujan yang di timbulkan oleh Kekuatan Nyi Latung dapat di singkirkan.
Samapai denganTiga hari Tiga Malam Ki Wido bersemedi, tapi Badai dan Hujan Masih Juga Belum Surut, Akhirnya, Kiwido Menghentikan semedinya dan Kemudian Memerintahkan anak Buahnya Untuk Menghentikan Pestanya.
Bersamaan berhentinya acara Pesta itu, maka Hujan Badai dan Angin yang menyapu habis Bumi berhenti dan seakan akan seperti di perintahkan.
Dengan Dongkolnya Sang Resi mengumbar suara kepada Nyi Latung.
“Latung, Kalo Memang kamu menantang aku sekarang Juga kamu Keluar dari Rumahmu, Ayo kalo kamu memang menantangku bertarung.

Ketika mendengar suara ki Wido menantang, maka semedi Nyi Latung di tutup dan keluar dari kamar semedi untuk menemui Ki Wido. Dengan santun di sampaikan Pesan.
“Ki, Apa Gunannya kita bertarung, Hidup damai lebih Indah, Kenapa Kita salingh bermusuhan? Bukankah sebaiknya kita tetap bertetangga seperti kemarin de3ngan damai? Ucap Nyi Latung.
Saya Tidak akan mau berdamai denganmu Latung, Aku yang Punya Kuasa di Bumi ini Kenapa kamu sepelekan? Kata Ki Wido.
Sya Tidak Menyepelekan KiWido, hanya mengingatkan bahwa apa yang di lakukan ki Wido itu Kurang Pas. Kemudian saya tidak berani mengingatkan secara langsung sebab takut kesaktian ki Wido, Akhirnya saya Memohon Kuasa Yang Widi Untuk mengingatkan Ki Wido. Jadi saya tidak punya kekuatan apap apa juga tidak mempunyai ilmu apa apa. Lebih lebih bila di bandingkan ki Wido Jauh dari Sempurna Ilmu ki Wido, Puji Nyi Latung.
Mendengar Ucapan itu Justru Ki Wido Merasa Di Hina, Sebab tiga hari tiga malam menghentikan Badai yang di ciptakan Nyi Latung Tidak berhasil. Maka Marahlah Ki Wido, Latungt Kamu jangan Menghinaku ya, Boleh kamu Menang memainkan aku dengan ilmu Tenungmu, Tapi Belum Tentu Kamu menang bertanding melawanku menggunakan senjata. Damprat ki Wido.
Sebenarnya Ilmu yang di gunakan Oleh Nyi Latung iru memohon Kuasa Tuhan Bukan Ilmu Hitam, tapi di kira oleh Ki Wido itu IlmuHitam semacam Teluh atau Santet.
Ki, Saya tidak pernah memakei Ilmu Hitam Ki, jadi bagi saya Kuasa Widi itu lebih dari segalanya, untuk itu saya tidak berani melawan Ki Wido, lebih lebih saya Perempuan, jadi mana mungkin akan menang melawan Ki wido. Jawab Nyi Latung merendah.
Tidak Mungkin kamu tidak memiliki Ilmu, dari kejadian kemarin menunjukkan kalao kamu punya ilmu tinggi yang minta di tandingi.Ujar Ki Wido.
Bener ki Wido, Saya tidak memiliki ilmu apapun.
Tidak Pokoknya kamu harus bertanding melawanku, siapa yang menang yang berhak Hidup. Sesumbar ki Wido.
Tiba tiba Di tengah ramainya perdebatan antara Ki Wido dengan Nyi Latung, datang Seorang yang berpakaian ajar Bernama Ki Ageng Mqangir tak lain adalah Kakak Seperguruan Ki Widao.
“ Ki Wido, Mengapa harus terjadi perselisihan yang tidak pantas bila di lihat pengikut dan lingkunganmu” Sapa Ki Ageng Mangir Pelan tapi berwibawa.
“Maaf kakang, Saya merasa di ganggu oleh Latung yang membuat Pesta Ariyayanku terbengkalai, jawab Ki Wido penuh Hormat pada ki Mangir.
Apa tidak bisa di bicarakan dengan baik baik Ki Wido.
Terlebih lagi yang di hadapu ki Wido Perempuan yang menurut aturan mestinya harus di lindungi Ki”. jawab Ki Wido
Maaf Kakangf, ini Soal harga diri, jadi saya minta kakng bisa memahami hal ini, Jawab Ki Wido.
Ketika suasana mulai menegang, Nyi Latung berucap.
“Ki, Sekarang begini saja, Saya Punya sayembara, kalo Ki Wido Bisa maka aku mengaku kalah dengan ki Wido. Tapi kalo aku yang menang terserah pada Ki wido mau Bagaimana” Ucap Nyi Latung pelan.
“Ya aku terima tantanganmu Ltung, Saya mesti bisa melakuakn Sayembaramu,Kalo saya tidak bisa melakukan Sayembaramu berarti saya yang kalah, sebagai gantinya kekalahan itu saya akan mengakhiri Hidupku dengan Mandi darahku sendiri yang aku keluarkan mempergunakan Pusakaku ini. Sambil Menunjukkan Pusaka Jambe Jebug.
Tidak Usah seperti itu Tuan, Cukuplah KiWido bisa menerima saya sebagai tetangganya ki Wido seperti biasanya.kata Nyi Latung
Tidak, Saya Satriya harus mengucapkan sumpahku sesuai Ucapanku. Jawab Ki Wido ketus.
Ya terserahlah Ki kalo itu Memang kehendakmu seperti itu
Sayembara ini akan saya lakukan di Tengah lapangan sana Besok Pagi, Ujar Nyi Latung. Jangan Lupa persiapkan semuanya Ki, jangan sampai tidak berhasil.
Baik, Jawab Ki Wido Tegas.


3. Terjadinya TELAGA NGEBEL

Pagi Itu Udara Cerah Sekali Seakan sirna sudah Bekas Badai yang terjadi di beberapa hari lalu,
Di Tanah lapang telah berkumpul penduduk kampung yang memenuhi arena pertandingan, tak ketinggalan para pengikut setia Ki Wido, Dengan Sombongnya Ki Wido Menunggu Kedatangan Nyi Latung. Sambil Menari dan Bersorak.
Dengan di Ikuti oleh Keluarganya Nyi Latung datang dari arah barat Lapangan, Kerabat Nyi Latung hanya Ada tiga termasuk Nyi Latung Sendiri.
Diantaranya ada Putri Kesayangannya,Nini Wuryandari, Anak angkatnya Laki laki yang biasa di Namai Bocah Bajang, Sebabnya Tinggi badanya tidak lebih dari Lutut Orang Dewasa, Walaupun Umurnya Sudah sewajarnya bila di katakan Dewasa,
Pada Pagi itu Bocah bajang di tugasi Nyi latung untuk menjadi petugas sayembara.
Karena keberadaan dari bocah bajang inilah kesombongan Ki Wido semakin menjadi jadi.
Latung, apa sudah tidak ada lagi manusia selain Bocah Kerdil ini! Ucap KI Wido.
Ki Wido,
Jangan pernah melihat Orang dari fisiknya Ki Wido, Manusia itu di dalam kodrat sama,manusia jawa Punya pesan yang harus di pegang.
“ Cilik Ra Kurang Bakal Gede Raturah Bakal”
. Tapi Kemampuan Batin Bocah Bajang Mungkin Tak bisa di lihat dari Mata Biasa, Jangan Pernah menyombongkan Ke besaran Hidup ini Ki Wido. Yang Widi punya kuasa pada Titah alam Dunia dan yang pasti Masing masing Makluk Eyang Widi di dunia ini memiliki Keutamaan masing masing.
“Sekecil apapun Rumput, dan Setinggi apapun Gunung,Tapi tetep Tinggi Rumputnya ketika Rumput itu ada di atas Gunung”
“ Jadi Semua itu hanya karena kebetulan saja Ki Wido Lebih Sempurna Badannya di banding Bocah Bajang”Ujar Nyi Latung Membela Bocah Bajang. Bocah Bajang itu Jelmaan dari Ari ari atau Plasenta Anak Kimangir yang masih berkelana.
Ki Wido, Sayembara ini boleh di ikitu Siapaun, Jadi apabila selain Ki Wido ada yang berminat mengikuti sayembara juga di perbolehkan,
“siapa saja yang bisa mencabut SODO LANANG yang di tancapkan anakku Bocah bajang, maka kamu akan aku beri hadiah anak Perempuanku untuk menjadi istrimu.Ucap Nyi Latung
Pada Gilirannya, Bocah bajang menancapkan Sodo lanang di tengah tengah Lapangan di antara kerumunan warga. Oada saat Bocah bajang menancapkan Sodo lanang itu, Suara Gemuruh seakan mengguncang isi dunia dan terjadi Gempa yang termat dahsyat. Dengan tenangnya bocah bajang berjalan menepi lapangan dan mempersilahkan Ki wido Maju ke tengah lapangan untuk memenuhi sayembara.
Ki Wido mengambil nafas dalam dalam kemudian menghadap kea rah bata, sambil membaca manta , kemudian kedua tangan Ki Wido di silangkan sebagai pertanda menghendaki segala kekuatan yang di miliki di keluarkan
Dengan mengambil sikap sempurna Ki wido melanjutkan aksi. Dengan tenaga Bolo Sewu Ki Wido mendekati Sodo lanang yang di tancapkan oleh Bocah Bajang.
, Namun apa yang terjadi di luar kemampuan pemikiran manusia, Seorang Jawara dan di kenal memiliki Ilmu Linuwih tidak bisa mencabutnya. Walaupun segala daya Upaya dan mengeluarkan segala kemampuannya, Kiwido tetap tidak mampu mencabut Sodo Lanang tersebut.
Kemudian dari arah Barat, datanglah Kesatriya yang punya perawakan Tinggi semampai, paras yang sangat tampan,masuk ke tengah arena lapanagan di tempat sayembara, Dengan suara tenang menyampaikan permohonan.
“Nyi Latung, Bolehkah saya mengikuti, Sayembara Nyi Latung? “ Nama saya Joko Towo Tuntung Kawis. Ucapnya Berbudi
Kenapa Tidak boleh Ki Sanak, Silahkan kalau Mau mengikuti sayembara ini. Jawab Nyi Latung.
Baiklah Nyi Kalau di perbolehkan, Saya Mohon Doa restunya semoga saya bisa memenuhi Sayembara Nyi Latung, Ucap Joko Towo Tuntunf Kawis dengan Sopannya.
Sambil mendekat ke sodo lanang Joko Towo tuntung kawis menghampiri
Bocah Bajang seraya berkata.
”Ki, Saya mohon izin untuk mengikuti Sayembara ini dan Mohon Doa restu.”
“Ya Den Mas, Moga berhasil,” Jawab Bocah bajang singkat.Bocah bajang adsebenarnya adalah Jelmaan dari Plasenta atau Ari ari Joko Towo Tuntung Kawis sendiri.
Maka atas Izin dan Restu Nyi Latung dan Bocah Bajang Joko Towo Tuntung Kawis mengikuti Sayembara tersebut.
Mengawali Sayembaranya Joko Towo Menyilangkan Tangan di dada seraya berdoa kepada Yang Widi, Mohon Kuasa kepada penguasa Jagad raya.
Kemudian Duduk bersila di samping Sodo lanang yang di tancapkan.
Seakan Mimpi di siang hari, Sodo lanang yang di pegang oleh Joko Towo, seakan seperti lepas dari tanah dan seakan meloncat ke tangan Joko Towo sepertinya Sodo lanang mau mengikuti Joko Towo.
Maka berhasillah Joko Towo megikuti Sayembara tersebut.
Bersamaan dengan di Cabutnya Sodo Lanang dari Tanah Oleh Joko Towo Tuntung Kawis, Orang Orang yang ada di tanah lapang itu secara bersamaan berkata sambil berteriak “LO KOK MBEL TANAHNYA’
Sebab dari Tanah bekas Cabutan itu Basah dan keluar Mbel atau Air yang membasahi Tanah,Kemudian Perlahan lahan Air itu berkembang dan Melebar.
Maka jadilah TELAGA NGEBEL yang berasal dari kata MBEL.
Dari Sodo lanang yang di Cabut Joko Towo Tuntung Kawis, Pada saat di lemparkan ke tanah Tiba tiba berubah menjadi Hewan Raksasa berupa Ular.
Oleh Joko Towo Tuntung Kawis, Ular tersebut di beri nama JOKO BARU, dan biasanya Orang Menyebutnya “BARU KLINTING”
Melihat hal itu, Ki Wido yang merasa kalah dan tak mampu memenuhi sayembara Nyi Latung maka dari pada menanggung malu, Kiwido mengambil Pusakanya dan menancapkan ke tubuhnya.
Sesuai dengan Semboyannya dari pada kalah dengan Nyi Latung, Lebih Baik bermandi darah dari Pusakannya Sendiri.
Setelah dapat memnangkan Sayembara ini Joko Towo Tuntung Kawis merasa Senang, maka di ajaklah Para pengikutnya, tak ketinggalan Hadiah yang baru saja ia terima untuk mengadakan Kirap keliling Telaga.
Setelah Menganiaya dirinya sendiri ki Wido Lari kea rah selatan, pada saat istirahat di bawah Pohon………………. Ki Wido mengeluarkan Keringat yang berlebihan , Karena peristiwa itu Muncullah Sumber air yang berasa Kecut. Setelah merasa agak Mendingan dari rasa Sakitnya, Ki wido melanjutkan perjalanan ke timur, Tapi karena merasa tidak kuat Haus Ki Wido mengambil air untuk minum dan mengambil air untuk membasusuh Tubuhnya.
Pada saat di Sini, Tubuh KI Wido mengeluarkan Aroma Amis dan Bau Tak sedap.Namun Kejadian Luar Biasa terjadi di sisni, Air yang di pergunakan Ki Wido Membasuh Lukanya berbau Amis Sampai sekarang.
Kemudian Peristiwa tersebut Nyi Latung Mandi di Sumber air Sambil minum dan karena Gembiranaya dalam hati, dan membayangkan Segar manisnya air yang di Pancuran itu. Maka terjadilah sumber air Bereasa manis sampai sekerang. Maka Oleh Nyi latung Sumber itu di namakan Sumber Manis. Yang Airnya sampai sekarang masih manis
Rumah yang di diami oleh Ki wido Oleh Ki Ageng Mangir di beri nama GONDO WIDO, dan sekarang menjadi Desa perkampungan Penduduk yang terletak di sebelah Timur Telaga.

4. Kibar Baru Klinting

Pagi itu Suasana Cerah dengan katika Sinar matahari sepenggalah, Banyak orang yang mulai datang menyambut pagelaran Kesenian Baru Klinting yang menjadi Kebudayaan asli dari Masyarakat di sekitar lereng Wilis.
Gemuruh Suara gamelan yang di tabuh bertalu talu menandakan Pagelaran Seni Baru Klinting akan segera di mulai, Suara tambur menggema pertanda mengundang Para Jawara Perguruan Silat untuk datang ikut bertanding.
Di antara kerumunan itu berdiri seorang jawara silat pagelaran tahun kemarin yang akan mempertahankan tahta Ketua Padepokan Baru Klinting melawan jawara jawara baru yang akan menantangnya.
Para Jawara silat mulai datang ke tempat acara itu seminggu sebelum acara di mulai.
Acara pertunjukan Baru klinting biasanya di adakan tiap tanggal 1 Suro atau tanggal 1 Penanggalan Jawa. Jadi setiap pertunjukan Baru Klinting Para jawara di sekitar Gunung Wilis tidak perlu bertanya lagi kapan acara itu diadakan. Maklumlah acara itu merupakan sarana Mencoba ilmu yang di miliki para Pendekar Muda utamanya yang baru menyelesaikan acara bergurunya
Sebagai Simbul bahwa pemegang Pemenang Tahun Kemarin adalah memegang Gendir atau Pecut.
Kemudian yang di gambarkan menjadi Dadong Awook.Pada pagelaran ini, adalah pengikut setia atau kala itu Batur atau Abdi kinasih Joko Towo Tuntung kawis.
Bocah bajang atau Dadung awu ini, sebenarnya berasal dari Batur bayi atau
Ari ari Joko towo Tuntung kawis, yang menjelma menjadi manusia.
Dadong awuk membunyikan Pecutnya sebagai sebagai pertanda pertandingan akan di mulai. Dadong Awok berjoged mengelilingi lapangan dan sambil membunyikan pecutnya di samping menandakan memulai acara ini, juga di gunakan untuk mencarikan tempat bagi calon jawara yang akan bertanding.
Diringi Tabuhan gamelan dan di lengkapi Bunyi Tambur, Dadong awok membuat lingkaran.
Dengan langkah gagah para jawara dari antar perguruan memasuki lapangan dan masuk ke dalam lingkaran yang di buat kan Dadung Awuk itu.
Dengan lagak sebagai Jagoan, Para Jawara yang di gambarkan dengan Perawakan Raksasa, Bekelana sambil berjoged mengelilingi arena.
Cerita ini mengingatkan kejadianya telaga ngebel.
Telaga Ngebel terjadi karena pertarungan antara ki Wido dengan Nyi Latung yang terjadi di Lereng Wilis,
Cerita ini terjadi Setelah Ki Wido Selesai berguru dan berusaha mencari lawan tanding untuk mencoba ilmu yang di perolehnya dari Padepokan tempat dia berguru..
Maka tak ayalah kalau hari itu para jawara Persilatan pada datang untuk mencoba ilmunya melawan para Jawara dari perguruan lain.
Tak mau ketinggalan Pasukan dari Nyi Latung di Pimpin Joko Towo yang menjadi pemenang Sayembara membawa Pasukan. Dalam hai ini di gambarkan dengan keberadaan Hewan sebagai simbul pengikut Nyilatung dan Joko Towo, dengan di iringi langkahnya oleh keberadaan Bocah bajang. Nini WOERYANDARI tak ketinggalan ikut berada di tengah pasukan Joko Towo dan di iringi oleh Emban kesayangan dan bebrapa abdi kinasih Nini Woeryandari.
Hal ini mengingatkan kita pada saat Bocah Bajang di perintahkan oleh Nyi Latung Untuk Menggelar Sayembara.
Pada saat Gelar seni ini di peragakan, maka di awali oleh permainan Nini Woeryandari bersama Emban Kinasih saling Bersenda Gurau dan bernyanyi tak Ketinggalan saling Menari.
Namun tiba tiba datanglah Raksasa yang masuk ke tengah arena permainan Nini Woeryandari bersama embannya yang sedang asik bermain.
Kemudian para Raksasa ituMenggoda Nini Woeryandari, Merasa ada yang mengganggu, Bocah Bajang berteriak meminta bantuan pertolongan memanggil kawan kawannya untuk mempertahankan Nini Woeryandari.
Tapi karena Raksasa ini punya kekuatan linuwih maka para teman teman Bocah Bajang kalah walau tak sampei mati.
Di waktu susana genting ini, datanglah JOKO TOWO TUNTUNG KAWIS YANG DI KAWAL OLEH BARU KLINTING yang merupakan Naga Raksasa
Terjadilah pertempuran Dahsyat yang akhirnya di menangkan Joko Towo Tuntung Kawis yang memiliki Piaraan Baru Klinting.

Sebagai Rasa Sukurnya Kepada Yang Widi, Joko Towo Tuntung Kawis Mengajak Pengikutnya berkeliling telaga mengadakan Kirap ang Akhirnya menjadi Laku Ratri dengan Upacara Sewu obor malam satu suro.
Kesenian Baru Klinting Pernah Menjadi Ciri Legenda Mulai Zaman Dulu Kala. Cerita Rakyat Turun Temurun yang menjadi latar belakang Terjadinya TELAGA Di Lereng Gununng Wilis terletak di Kecamatan Ngebel Kab.Ponorogo Jawa Timur.
Ciri ciri Kesenian ini adalah :
1. Gamelan mempergunakan Tambur atau dalam waktu itu di sebut Jedor.
2. Tarian Kesenian ini Punya cirri kas Gerakan Pencak silat atau gerakan Beladiri
3. Kesenian Baru Klinting Berupa Naga Raksasa
4. KelompokPelaku seni terdiri dari dua kelompok yang menggambarkan keangkara
murkaan melawan kebaikan
Setiap Pertunjukan Baru Klinting pasti Mendatangkan jawara Beladiri dari berbagai Penjuru.
Hal inilah yang menyebabkan kesenian ini di larang Belanda sebagai Penjajah di Bumi Nusantara.Sebab Belanda takut dengan berkumpulnya para Jawara Beladiri dapat menyusun Kekuatan untuk melawan Penjajahan.

Kesenian Baru Klinting Pernah Menjadi Ciri Legenda Mulai Zaman Dulu Kala. Cerita Rakyat Turun Temurun yang menjadi latar belakang Terjadinya TELAGA Di Lereng Gununng Wilis terletak di Kecamatan Ngebel Kab.Ponorogo Jawa Timur.
Ciri Dasar dari Kesenian ini adalah
1. Gamelan mempergunakan Tambur atau di sebut Jedor.
2. Tarian Kesenian ini Punya cirri kas Gerakan Pencak silat atau gerakan Beladiri
3. Kesenian Baru Klinting Berupa Naga Raksasa
4. Kelompok Pelaku seni terdiri dari dua kelompok yang menggambarkan keangkara
murkaan melawan kebaikan
Mendatangkan jawara Beladiri. Adalah penyebab di larangnya pertunjukan ini oleh pemerintahan pejajah Belanda.

5. Rangkuman

Alkisah ada keluarga janda melarat namun memiliki kekuatan supranatural luar biasa namanya Nyi Latung Hidup diantara kerumunan pedesaan tersebut, seorang tuan tanah yang sombong dan selalu membuat keluarga lain Resah.Bernama Ki Wido
Nyi Latung mempunyai anak perempuan yang cantik rupawan, namanya
“Nyi wuryandari”.
Al kisah di suatu hari, Mbok rondo merasa sangat resah dengan pesta yang di adakan oleh tuan tanah tersebut dan telah memasuki hari yang tujuh, keresahan tersebut beberapa hari hanya di pendam dalam hati oleh mbok rondo, pada puncaknya mbok rondo merasa jengkel banget. Akhirnya mbok rondo berkataKi Wido kalau kamu merasa orang yang paling Hebat di dunia ini, aku punya sayembara,
Barang siapa yang bisa mencabut SODO LANANG yang di tancapkan anakku Bocah bajang, maka kamu akan aku beri hadiah anak Perempuanku untuk menjadi istrimu, namun kalau kamu tidak bisa maka kamu harus mati dengan caramu
Pada akhirnya Tuan tanah itu tidak bisa mencabutnya. Akhirnya karena merasa kalah maka dari pada menanggung malu maka, Kiwido mengambil Pusakanya dan menancapkan ke tubuhnya.
Maka datanglah joko towo yang bermaksud mengikuti sayembara tersebut.
Dengan kesaktian yang sempurna joko towo bisa memenuhi sayembara tersebut.Namun ketika di cabut, SODO LANANG BERUBAH MENJADI ULAR RAKSASA DAN KEMUDIAN MENJADI ABDI KINASIH JOKO TOWO. KEMUDIAN BEKAS CABUTAN DI TANAHNYA BERUBAH MENJADI TELAGA DAN MEMANCARKAN SUMBER MATA AIR. YANG BERASALA DARI KATA LOH MBEL. Yang artinya :
LOH ; AIR
MBEL : SUMBER/ dalam bahasa jawa Mbes

Tempat Keramat yang masih di yakini Angker oleh masyarakat sekitar adalah;
1. BALE BATUR , Pasar nglingi Tempat bersemayam Nyi latung
2. Bale kambang tempat barsemayam Baru Klinting
3. Giri dasar. atau Telaga ngebel Tempat bersemayam
Joko towo Tuntung kawis
4. Bliket Tempatbersemayam Ki Mangir
5. WATU KOWOK, Tempat bersemayam Nini Woeryandari
6. Punden Bliket tempat persemayaman Kiageng Mangir.


PONOROGO BRANG WETAN PARANE

WUS KASUWUR PAPANE WISOTO

TLOGO NGEBEL KANG DADI ARANE

YEN PENGEN BUAH PUNDUNG

NONGKO DUREN PIJETAN MANGGIS

MULO ENGGAL RAWUHO

NAGING JO KESUSU

BEN OJO ONO RUBEDO

PORO MUDO KANG WASPODO NGATI ATI

MUGIO MANGGIH RAHARJO


Lancaran
“Nini Woeryandari” Oleh.Moh.Asyhari



NINI WURYANDARI ANAK LATUNG BALE BATUR

KANG DADI TONDO puspito Kasuwur

jOKO towo tuntung kawis dadi satrio utomo

KANG NGASORAKE KRIDANE KI WIDO

JOKO TOWO TUNTUNG KAWIS ANAKE KI AGENG MANGIR

MUPU SAYEMBORO ING TLATAH BUMI PERDIKAN

NYIPTO TONDO MOTO RUPO TLOGO KASUNYATAN

ARAN TLOGO NGEBEL PONOROGO SISIH WETAN


TONDO YEKTINE KI WIDO KANG DORJONO

ONO SUMBER BACIN LAN AMIS ING KONO

SUMBER PANAS LAN LEGI IKU YASANE

JOKO TOWO TUNTUNG KAWIS SAK GARWANE

kANGGONE SINOMAN KANG LAGI KASMARAN

TINDAK PAPAN IKI OJO SEMBRANAN

ANDOM TRESNO SAK KAREPE RA PLENGERAN

PAPAN IKI RaPARENG NGGO MAKSIATAN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar